KONSEP DASAR KEPERAWATAN SATU DIAN HUSADA
Senin, 13 Mei 2013
Konsep Diagnosa Keperawata
Konsep
Diagnosa Keperawatan
diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang
respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual
atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara
akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti
untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan
klien (Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA).
Diagnosa keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses keperawatan. Hal ini merupakan suatu komponen dari langkah-langkah analisa, dimana perawat mengidentifikasi respon-respon individu terhadap masalah-masalah kesehatan yang aktual dan potensial. Dibeberapa negara mendiagnosa diidentifikasikan dalam tindakan praktik keperawatan sebagai suatu tanggung jawab legal dari seorang perawat profesional. Diagnosa keperawatan memberikan dasar petunjuk untuk memberikan terapi yang pasti dimana perawat bertanggung jawab di dalamnya ( Kim et al, 1984).
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.
Diagnosa keperawatan, sebagai suatu bagian dari proses keperawatan juga direfleksikan dalam standar praktik ANA. Standar-standar ini memberikan satu dasar luas mengevaluasi praktik dan merefleksikan pengakuan hak-hak manusia yang menerima asuhan keperawatan ( ANA, 1980).
Proses keperawatan telah diidentikan sebagai metoda ilmiah keperawatan untuk para penerima tindakan keperawatan disajikan sesuai dengan lima langkah dari proses keperawatan :
1. Pengkajian. Menetapkan data dasar seorang klien
2. Analisa. Identifikasi kebutuhan perawatan klien dan seleksi tujuan perawatan
3. Perencanaan. Merencanakan suatu strategi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan untuk perawatan klien.
4. Implementasi. Memulai dan melengkapi tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan
5. Evaluasi. Menentukan seberapa jauh tujuan-tujuan keperawatan yang telah dicapai.
Dengan mengikuti kelima langkah ini, perawat akan memiliki suatu kerangka kerja yang sistematis untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Komponen Diagnosa Keperawatan
Ada tiga komponen yang esensial dalam suatu diagnosa keperawatan yang telah dirujuk sebagai bentuk PES ( Gordon, 1987 ). “ P “ diidentifikasi sebagai masalah / problem kesehatan, “E” menunjukan etiologi / penyebab dari problem, dan “S” menggambarkan sekelompok tanda dan gejala, atau apa yang dikenal sebagai “ batasan karakteristik” ketiga bagian ini dipadukan dalam suatu pernyataan dengan menggunakan “ yang berhubungan dengan ”.
Kemudian diagnosa-diagnosa tersebut dituliskan dengan cara berikut : Problem “ yang berhubungan dengan “ etiologi” dibuktikan oleh “ tanda-tanda dan gejala-gejala ( batasan karakteristik ).
Problem dapat diidentifikasikan sebagai respons manusia terhadap masalah-masalah kesehatan yang aktual atau potensial sesuai dengan data-data yang didapat dari pengkajian yang dilakukan oleh perawat.
Etiologi ditunjukan melalui pengalaman-pengalaman individu yang telah lalu, pengaruh genetika, faktor-faktor lingkungan yang ada saat ini, atau perubahan-perubahan patofisiologis. Tanda dan gejala menggambarkan apa yang klien katakan dan apa yang diobservasi oleh perawat yang mengidentifikasikan adanya masalah tertentu.
Informasi yang ditampilkan pada setiap diagnosa keperawatan mencakup hal-hal berikut :
1. Defenisi. Merujuk kepada defenisi NANDA yang digunakan pada diagnosa –diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan tersebut.
2. Kemungkinan Etiologi (“yang berhubungan dengan”). Bagian ini menyatakan penyebab-penyebab yang mungkin untuk masalah yang telah diidentifikasi. Yang tidak dinyakatakan oleh NANDA diberi tanda kurung [ ]. Faktor yang berhubungan / risiko diberikan untuk diagnosa yang beresiko tinggi.
3. Batasan karakteristik (“dibuktikan oleh”). Bagian ini mencakup tanda dan gejala yang cukup jelas untuk mengindikasi keberadaan suatu masalah. Sekali lagi seperti pada definisi dan etiologi. Yang tidak dinyatakan oleh NANDA diberi tanda kurung [ ].
4. Sasaran / Tujuan. Pernyataan –pernyataan ini ditulis sesuai dengan objektif perilaku klien. Sasaran / tujuan ini harus dapat diukur, merupakan tujuan jangka panjang dan pendek, untuk digunakan dalam mengevaluasi keefektifan intervensi keperawatan dalam mengatasi masalah yang telah diidentifikasi. Mungkin akan ada lebih dari satu tujuan jangka pendek, dan mungkin merupakan “batu loncatan” untuk memenuhi tujuan jangka panjang.
5. Intervensi dengan Rasional Tertentu. Hanya intervensi-intervensi yang sesuai untuk bagian diagnosa yang ditampilkan. Rasional-rasional yang digunakan untuk intervensi mencakup memberikan klarifikasi pengetahuan keperawatan dasar dan untuk membantu dalam menyeleksi intervensi-intervensi yang sesuai untuk diri klien.
6. Hasil Klien yang Diharapkan / Kriteria Pulang. Perubahan perilaku sesuai dengan kesiapan klien untuk pulang yang mungkin untuk dievaluasi.
7. Informasi Obat – obatan. Informasi ini mencakup implikasi keperawatan, menyertai bab-bab yang mana tiap klarifikasinya sesuai.
Diagnosa keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses keperawatan. Hal ini merupakan suatu komponen dari langkah-langkah analisa, dimana perawat mengidentifikasi respon-respon individu terhadap masalah-masalah kesehatan yang aktual dan potensial. Dibeberapa negara mendiagnosa diidentifikasikan dalam tindakan praktik keperawatan sebagai suatu tanggung jawab legal dari seorang perawat profesional. Diagnosa keperawatan memberikan dasar petunjuk untuk memberikan terapi yang pasti dimana perawat bertanggung jawab di dalamnya ( Kim et al, 1984).
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.
Diagnosa keperawatan, sebagai suatu bagian dari proses keperawatan juga direfleksikan dalam standar praktik ANA. Standar-standar ini memberikan satu dasar luas mengevaluasi praktik dan merefleksikan pengakuan hak-hak manusia yang menerima asuhan keperawatan ( ANA, 1980).
Proses keperawatan telah diidentikan sebagai metoda ilmiah keperawatan untuk para penerima tindakan keperawatan disajikan sesuai dengan lima langkah dari proses keperawatan :
1. Pengkajian. Menetapkan data dasar seorang klien
2. Analisa. Identifikasi kebutuhan perawatan klien dan seleksi tujuan perawatan
3. Perencanaan. Merencanakan suatu strategi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan untuk perawatan klien.
4. Implementasi. Memulai dan melengkapi tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan
5. Evaluasi. Menentukan seberapa jauh tujuan-tujuan keperawatan yang telah dicapai.
Dengan mengikuti kelima langkah ini, perawat akan memiliki suatu kerangka kerja yang sistematis untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Komponen Diagnosa Keperawatan
Ada tiga komponen yang esensial dalam suatu diagnosa keperawatan yang telah dirujuk sebagai bentuk PES ( Gordon, 1987 ). “ P “ diidentifikasi sebagai masalah / problem kesehatan, “E” menunjukan etiologi / penyebab dari problem, dan “S” menggambarkan sekelompok tanda dan gejala, atau apa yang dikenal sebagai “ batasan karakteristik” ketiga bagian ini dipadukan dalam suatu pernyataan dengan menggunakan “ yang berhubungan dengan ”.
Kemudian diagnosa-diagnosa tersebut dituliskan dengan cara berikut : Problem “ yang berhubungan dengan “ etiologi” dibuktikan oleh “ tanda-tanda dan gejala-gejala ( batasan karakteristik ).
Problem dapat diidentifikasikan sebagai respons manusia terhadap masalah-masalah kesehatan yang aktual atau potensial sesuai dengan data-data yang didapat dari pengkajian yang dilakukan oleh perawat.
Etiologi ditunjukan melalui pengalaman-pengalaman individu yang telah lalu, pengaruh genetika, faktor-faktor lingkungan yang ada saat ini, atau perubahan-perubahan patofisiologis. Tanda dan gejala menggambarkan apa yang klien katakan dan apa yang diobservasi oleh perawat yang mengidentifikasikan adanya masalah tertentu.
Informasi yang ditampilkan pada setiap diagnosa keperawatan mencakup hal-hal berikut :
1. Defenisi. Merujuk kepada defenisi NANDA yang digunakan pada diagnosa –diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan tersebut.
2. Kemungkinan Etiologi (“yang berhubungan dengan”). Bagian ini menyatakan penyebab-penyebab yang mungkin untuk masalah yang telah diidentifikasi. Yang tidak dinyakatakan oleh NANDA diberi tanda kurung [ ]. Faktor yang berhubungan / risiko diberikan untuk diagnosa yang beresiko tinggi.
3. Batasan karakteristik (“dibuktikan oleh”). Bagian ini mencakup tanda dan gejala yang cukup jelas untuk mengindikasi keberadaan suatu masalah. Sekali lagi seperti pada definisi dan etiologi. Yang tidak dinyatakan oleh NANDA diberi tanda kurung [ ].
4. Sasaran / Tujuan. Pernyataan –pernyataan ini ditulis sesuai dengan objektif perilaku klien. Sasaran / tujuan ini harus dapat diukur, merupakan tujuan jangka panjang dan pendek, untuk digunakan dalam mengevaluasi keefektifan intervensi keperawatan dalam mengatasi masalah yang telah diidentifikasi. Mungkin akan ada lebih dari satu tujuan jangka pendek, dan mungkin merupakan “batu loncatan” untuk memenuhi tujuan jangka panjang.
5. Intervensi dengan Rasional Tertentu. Hanya intervensi-intervensi yang sesuai untuk bagian diagnosa yang ditampilkan. Rasional-rasional yang digunakan untuk intervensi mencakup memberikan klarifikasi pengetahuan keperawatan dasar dan untuk membantu dalam menyeleksi intervensi-intervensi yang sesuai untuk diri klien.
6. Hasil Klien yang Diharapkan / Kriteria Pulang. Perubahan perilaku sesuai dengan kesiapan klien untuk pulang yang mungkin untuk dievaluasi.
7. Informasi Obat – obatan. Informasi ini mencakup implikasi keperawatan, menyertai bab-bab yang mana tiap klarifikasinya sesuai.
3. Berpikir kritis pada Diagnosa Keperawatan
1. Klasifikasi & Analisis dataPengelompokan data
adalah mengelompokan data-data klien atau keadaan tertentu dimanaklien
mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan
kriteria permasalahannya.2. Mengidentifikasi masalah klienMasalah klien merupakan keadaan atau situasi
dimana klien perlu bantuan untuk mempertahankan atau meningkatkan status
kesehatannya, atau meninggal dengan damai,yang dapat dilakukan oleh perawat
sesuai dengan kemampuan dan wewenang yangdimilikinya.Identifikasi masalah klien di bagi menjadi :
pasien tidak bermasalah, pasien yangkemunginan menjadi masalah, pasien yang
mempunyai masalah potensial sehinggakemungkinan besar mempuyai masalah dan
pasien yang mempunyai masalah aktual.a. Menentukan kelebihan
KlienApabila klien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat menyimpulkan
bahwaklien memiliki kelebihan dalam hal tertentu. b. Menentukan masalah
klienJika klien tidak memenuhi standar
kriteria, maka klien tsb mengalami keterbatasandalam aspek kesehatannya, dan
memerlukan perlawanan.c. Menentukan Masalah yang pernah dialami klien
2. BERPIKIR
KRITIS PADA TAHAP DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Pada tahun 1953, istilah
diagnosa keperawatan diperkenalkan oleh V. Fry dengan menguraikan langkah yang
diperlukan dalam mengembangkan rencana asuhan keperawatan.
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) (1990, dalam Carpenito, 1997) diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah-masalah kesehatan/ proses kehidupan yang aktual atau risiko.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. Adapun persyaratan dari diagnosa keperawatan adalah perumusan harus jelas dan singkat dari respons klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi, spesifik dan akurat, memberikan arahan pada asuhan keperawatan, dapat dilaksanakan oleh perawat dan mencerminkan keadaan kesehatan klien.
1.Tipe Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan adalah struktur dan proses. Struktur diagnosa keperawatan komponennya tergantung pada tipenya, antara lain:
a.Diagnosa keperawatan aktual (Actual Nursing Diagnoses).
Diagnosa keperawatan aktual menyajikan keadaan yang secara klinis telah divalidasi melalui batasan karakteristik mayor yang dapat diidentifikasi. Tipe dari diagnosa keperawatan ini mempunyai empat komponen yaitu label, definisi, batasan karakteristik, dan faktor-faktor yang berhubungan (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).
b.Diagnosa keperawatan risiko dan risiko tinggi (Risk and High-Risk Nursing Diagnoses), adalah keputusan klinis bahwa individu, keluarga dan masyarakat sangat rentan untuk mengalami masalah bila tidak diantisipasi oleh tenaga keperawatan, dibanding yang lain pada situasi yang sama atau hampir sama (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).
c.Diagnosa keperawatan kemungkinan (Possible Nursing Diagnoses), adalah pernyataan tentang masalah-masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan. Namun banyak perawat-perawat telah diperkenalkan untuk menghindari sesuatu yang bersifat sementara dan NANDA tidak mengeluarkan diagnosa keperawatan untuk jenis ini (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).
d.Diagnosa keperawatan sejahtera (Wellness Nursing Diagnoses), adalah ketentuan klinis mengenai individu, keluarga dan masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ketingkat kesehatan yang lebih baik. Pernyataan diagnostik untuk diagnosa keperawatan sejahtera merupakan bagian dari pernyataan yang berisikan hanya sebuah label. Label ini dimulai dengan “Potensial terhadap peningkatan…….”, diikuti tingkat sejahtera yang lebih tinggi yang dikehendaki oleh individu atau keluarga, misal “Potensial terhadap peningkatan proses keluarga” (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).
e.Diagnosa keperawatan sindroma (Syndrome Nursing Diagnoses), terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau risiko tinggi yang diduga akan tampak karena suatu kejadian atau situasi tertentu. NANDA telah menyetujui dua diagnosa keperawatan sindrom yaitu “Sindrom trauma perkosaan” dan “Risiko terhadap sindrom disuse” (Carpenito, 1997).
2.Komponen Rumusan Diagnosa Keperawatan.
Secara umum diagnosa keperawatan yang lazim dipergunakan oleh perawat di Indonesia adalah diagnosa keperawatan aktual dan diagnosa keperawatan risiko atau risiko tinggi yang dalam perumusannya menggunakan tiga komponen utama dengan merujuk pada hasil analisa data, meliputi: problem (masalah), etiologi (penyebab), dan sign/symptom (tanda/ gejala).
Problem (masalah), adalah gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan karena adanya kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.
Etiologi (penyebab), adalah keadaan yang menunjukkan penyebab terjadinya problem (masalah).
Sign/symptom (tanda/ gejala), adalah ciri, tanda atau gejala relevan yang muncul sebagai akibat adanya masalah.
Dalam perumusannya sebuah diagnosa keperawatan dapat menggunakan 3 komponen atau 2 komponen yang sangat tergantung kepada tipe dari diagnosa keperawatan itu sendiri. Secara singkat rumusan diagnosa keperawatan dapat disajikan dalam rumus sebagai berikut:
Diagnosa keperawatan aktual:
Contoh: Nyeri kepala akut (Problem) berhubungan dengan peningkatan tekanan dan iritasi vaskuler serebral (Etiologi) ditandai oleh, mengeluh nyeri kepala, sulit beristirahat, skala nyeri: 8, wajah tampak menahan nyeri, klien gelisah, keadaan umum lemah, adanya luka robek akibat trauma pada kepala bagian atas, nadi: 90 X/ m (Sign/Simptom).
Diagnosa keperawatan risiko/ risiko tinggi:
Contoh: Risiko infeksi (Problem) berhubungan dengan adanya luka trauma jaringan (Etiologi)
Pada diagnosa risiko, tanda/gejala sering tidak dijumpai hal ini disebabkan kerena masalah belum terjadi, tetapi mempunyai risiko untuk terjadi apabila tidak mendapatkan intervensi atau pencegahan dini yang dilakukan oleh perawat.
3. Persyaratan Diagnosa Keperawatan.
Persyaratan diagnosa keperawatan, meliputi:
1) Perumusan harus jelas dan singkat berdasarkan respon klien terhadap Situasi atau keadaan kesehatan yang sedang dihadapi.
2) Spesifik dan akurat.
3) Merupakan pernyataan dari: P(Problem)+ E (Etiologi)+S (Sign/Simptom)
atau P (Problem) + E (Etiologi).
4) Memberikan arahan pada rencana asuhan keperawatan.
5) Dapat dilaksanakan intervensi keperawatan oleh perawat.
4.Prioritas Diagnosa Keperawatan.
Menyusun prioritas sebuah diagnosa keperawatan hendaknya diurutkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan utama klien, dengan kategori:
1). Berdasarkan tingkat Kegawatan
a.Keadaan yang mengancam kehidupan.
b.Keadaan yang tidak gawat dan tidak mengancam kehidupan.
c.Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
2 ).Berdasarkan Kebutuhan maslow,yaitu Kebutuhan fisiologis,kebutuhan keamanan dan keselamatan,kebutuhan mencintai dan dicintai,kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
3). Berdasarkan sarana/sumber yang tersedia,
5.Perbedaan Diagnosa Keperawatan Dengan Diagnosa Medis.
Beberapa perbedaan antara diagnosa keperawatan dengan diagnosa medis dibawah ini:
Diagnosa keperawatan :
Berfokus pada respons atau reaksi klien terhadap penyakitnya.
Berorientasi pada kebutuhan individu, bio-psiko-sosio-spiritual.
Berubah sesuai dengan perubahan respons klien.
Mengarah kepada fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi.
Diagnosa Medis :
Berfokus pada faktor-faktor yang bersifat pengobatan dan penyembuhan penyakit.
Berorientasi kepada keadaan patologis
Cenderung tetap, mulai dari sakit sampai sembuh.
Mengarah kepada tindakan medik yang sebahagian besar dikolaborasikan kepada perawat.
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) (1990, dalam Carpenito, 1997) diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah-masalah kesehatan/ proses kehidupan yang aktual atau risiko.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. Adapun persyaratan dari diagnosa keperawatan adalah perumusan harus jelas dan singkat dari respons klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi, spesifik dan akurat, memberikan arahan pada asuhan keperawatan, dapat dilaksanakan oleh perawat dan mencerminkan keadaan kesehatan klien.
1.Tipe Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan adalah struktur dan proses. Struktur diagnosa keperawatan komponennya tergantung pada tipenya, antara lain:
a.Diagnosa keperawatan aktual (Actual Nursing Diagnoses).
Diagnosa keperawatan aktual menyajikan keadaan yang secara klinis telah divalidasi melalui batasan karakteristik mayor yang dapat diidentifikasi. Tipe dari diagnosa keperawatan ini mempunyai empat komponen yaitu label, definisi, batasan karakteristik, dan faktor-faktor yang berhubungan (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).
b.Diagnosa keperawatan risiko dan risiko tinggi (Risk and High-Risk Nursing Diagnoses), adalah keputusan klinis bahwa individu, keluarga dan masyarakat sangat rentan untuk mengalami masalah bila tidak diantisipasi oleh tenaga keperawatan, dibanding yang lain pada situasi yang sama atau hampir sama (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).
c.Diagnosa keperawatan kemungkinan (Possible Nursing Diagnoses), adalah pernyataan tentang masalah-masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan. Namun banyak perawat-perawat telah diperkenalkan untuk menghindari sesuatu yang bersifat sementara dan NANDA tidak mengeluarkan diagnosa keperawatan untuk jenis ini (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).
d.Diagnosa keperawatan sejahtera (Wellness Nursing Diagnoses), adalah ketentuan klinis mengenai individu, keluarga dan masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ketingkat kesehatan yang lebih baik. Pernyataan diagnostik untuk diagnosa keperawatan sejahtera merupakan bagian dari pernyataan yang berisikan hanya sebuah label. Label ini dimulai dengan “Potensial terhadap peningkatan…….”, diikuti tingkat sejahtera yang lebih tinggi yang dikehendaki oleh individu atau keluarga, misal “Potensial terhadap peningkatan proses keluarga” (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).
e.Diagnosa keperawatan sindroma (Syndrome Nursing Diagnoses), terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau risiko tinggi yang diduga akan tampak karena suatu kejadian atau situasi tertentu. NANDA telah menyetujui dua diagnosa keperawatan sindrom yaitu “Sindrom trauma perkosaan” dan “Risiko terhadap sindrom disuse” (Carpenito, 1997).
2.Komponen Rumusan Diagnosa Keperawatan.
Secara umum diagnosa keperawatan yang lazim dipergunakan oleh perawat di Indonesia adalah diagnosa keperawatan aktual dan diagnosa keperawatan risiko atau risiko tinggi yang dalam perumusannya menggunakan tiga komponen utama dengan merujuk pada hasil analisa data, meliputi: problem (masalah), etiologi (penyebab), dan sign/symptom (tanda/ gejala).
Problem (masalah), adalah gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan karena adanya kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.
Etiologi (penyebab), adalah keadaan yang menunjukkan penyebab terjadinya problem (masalah).
Sign/symptom (tanda/ gejala), adalah ciri, tanda atau gejala relevan yang muncul sebagai akibat adanya masalah.
Dalam perumusannya sebuah diagnosa keperawatan dapat menggunakan 3 komponen atau 2 komponen yang sangat tergantung kepada tipe dari diagnosa keperawatan itu sendiri. Secara singkat rumusan diagnosa keperawatan dapat disajikan dalam rumus sebagai berikut:
Diagnosa keperawatan aktual:
Contoh: Nyeri kepala akut (Problem) berhubungan dengan peningkatan tekanan dan iritasi vaskuler serebral (Etiologi) ditandai oleh, mengeluh nyeri kepala, sulit beristirahat, skala nyeri: 8, wajah tampak menahan nyeri, klien gelisah, keadaan umum lemah, adanya luka robek akibat trauma pada kepala bagian atas, nadi: 90 X/ m (Sign/Simptom).
Diagnosa keperawatan risiko/ risiko tinggi:
Contoh: Risiko infeksi (Problem) berhubungan dengan adanya luka trauma jaringan (Etiologi)
Pada diagnosa risiko, tanda/gejala sering tidak dijumpai hal ini disebabkan kerena masalah belum terjadi, tetapi mempunyai risiko untuk terjadi apabila tidak mendapatkan intervensi atau pencegahan dini yang dilakukan oleh perawat.
3. Persyaratan Diagnosa Keperawatan.
Persyaratan diagnosa keperawatan, meliputi:
1) Perumusan harus jelas dan singkat berdasarkan respon klien terhadap Situasi atau keadaan kesehatan yang sedang dihadapi.
2) Spesifik dan akurat.
3) Merupakan pernyataan dari: P(Problem)+ E (Etiologi)+S (Sign/Simptom)
atau P (Problem) + E (Etiologi).
4) Memberikan arahan pada rencana asuhan keperawatan.
5) Dapat dilaksanakan intervensi keperawatan oleh perawat.
4.Prioritas Diagnosa Keperawatan.
Menyusun prioritas sebuah diagnosa keperawatan hendaknya diurutkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan utama klien, dengan kategori:
1). Berdasarkan tingkat Kegawatan
a.Keadaan yang mengancam kehidupan.
b.Keadaan yang tidak gawat dan tidak mengancam kehidupan.
c.Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
2 ).Berdasarkan Kebutuhan maslow,yaitu Kebutuhan fisiologis,kebutuhan keamanan dan keselamatan,kebutuhan mencintai dan dicintai,kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
3). Berdasarkan sarana/sumber yang tersedia,
5.Perbedaan Diagnosa Keperawatan Dengan Diagnosa Medis.
Beberapa perbedaan antara diagnosa keperawatan dengan diagnosa medis dibawah ini:
Diagnosa keperawatan :
Berfokus pada respons atau reaksi klien terhadap penyakitnya.
Berorientasi pada kebutuhan individu, bio-psiko-sosio-spiritual.
Berubah sesuai dengan perubahan respons klien.
Mengarah kepada fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi.
Diagnosa Medis :
Berfokus pada faktor-faktor yang bersifat pengobatan dan penyembuhan penyakit.
Berorientasi kepada keadaan patologis
Cenderung tetap, mulai dari sakit sampai sembuh.
Mengarah kepada tindakan medik yang sebahagian besar dikolaborasikan kepada perawat.
1.
Konsep diagnosa keperawatan
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. DEFINISI
· Definisi
secara umum : Pernyataan yang menguraikan respon aktual atau
potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan
berkompeten untuk mengatasinya.
· Menurut
para ahli (perry & potter, 2005) :
1)
Abdellah ( 1957 ) :
Diagnosa keperawatan adalah
penentuan sifat dan keluasan masalah keperawatan yang ditunjukkan oleh pasien
individual atau keluarga yang menerima asuhan keperawatan.
2)
Durand Prince ( 1966) :
Diagnosa Keperawatan adalah suatu
pernyataan tentang konklusi yang dihasilkan dari pengenalan terhadap pola
yang berasal dari penyelidikan keperawatan dari pasien.
3)
Gebble Lavin ( 1975) :
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau konklusi
yang terjadi sebagai akibat dan pengkajian keperawatan .
4)
Bircher ( 1975 ) :
Diagnosa keperawatan adalah suatu
fungsi keperawatan yang mandiri. Suatu evaluasi tentang respon personal klien
terhadap pengalaman kemanusiaannya sepanjang siklus kehidupan, apakah respon
merupakan krisis perkembangan atau kecelakaan, penyakit, kesukaran, atau
stres lainnya.
5)
Gordon ( 1976 ) :
Diagnosa keperawatan adalah
masalah kesehatan aktual atau potensial dimana perawat, dengan pendidikan dan
pengalamannya, mampu dan mempunyai izin untuk mengatasinya.
6)
Aspinall (1976) :
Diagnosa keperawatan adalah suatu
proses kesimpulan klinis dari perubahan yang teramati dalam kondisi fisik
atau fisiologis pasien; jika proses ini terjadi secara akurat dan rasional,
maka proses tersebut akan mengarah pada indentifikasi tentang kesimpulan
penyebab simptomatologi.
7)
Roy ( 1982) :
Diagnosa keperawatan adalah frase
singkat atau istilah yang meringkaskan kelompok indikator penting (empiris)
yang mewakili pola keutuhan manusia.
8)
Carpenito ( 1987)
Diagnosa keperawatan adalah
pernyataan yang menggambarkan respon manusia ( keadaan sehat atau perubahan
pola interakasi aktual atau potensial ) dari individu atau kelompok perawat
yang secara legal mengidentifikasi dan dimana perawat dapat mengintruksikan intervensi
definitif untuk mempertanyakan keadaan sehat atau untuk mengurangi,
menyingkirkan, atau mencegah
perubahan.
9)
NANDA (1990) :
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang
respon individu , keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan dan
proses kehidupan aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil dimana perawat
bertanggunggugat.
BAGAIMANA
MEMBUAT DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG AKURAT
Perawat
harus mampu :
1)
Mengumpulkan data yang valid dan berkaitan
2)
Menganalisis data ke dalam kelompok
3)
Membedakan diagnosa keperawatan dari masalah kolaboratif
4)
Merumuskan diagnosa prioritas
2.
TIPE-TIPE DAN PERSYARATAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan menurut
Carpenito (2001) dapat dibedakan menjadi 5 kategori:
1)
Aktual : suatu diagnosa keperawatan aktual menggambarkan penilaian
klinis yang harus divalidasi perawat karena adanya batasan karakteristik
mayor.
Syarat :Menegakkan diagnosa
keperawatan aktual harus ada unsur PES. Symptom (S) harus memenuhi kriteria
mayor (80%-100%) dan sebagian kriteria minor dari pedoman diagnosa NANDA.
Misalnya, ada data : muntah, diare, dan turgor jelek selama 5 hari.
Diagnosa : Kekurangan volume
cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan secara abnormal (taylor,
lilis, dan LeMoni, 1988, p.283)
Jika masalah semakin jelek dan
menganggu kesehatan “perineal”, klien tersebut akan terjadi resiko kerusakan
kulit, dan disebu sebagai “resiko diagnosa”.
2)
Resiko :diagnosa keperawatan resiko menggambarkan penilaian klinis
dimana in dividu atau kelompok lebih rentan mengalami masalah di banding
orang lain dalam situasi yang sama atau serupa.
Syarat:Menegakkan resiko diagnosa
keperawatan ada unsur PE (problem and etiologi) penggunaan istilah “resiko
dan resiko tinggi” tergantung dari tingkat keparahan/kerentanan terhadap
masalah.
Diagnosa : “resiko gangguan
integritas kulit berhubungan dengan diare yang terus menurus”.
Jika perawat menduga adanya
gangguan self-concept, tetepi kurang data yang cukup mendukung (defenisi
karakteristik/tanda dan gejala) untuk memastikan permasalahan, maka dapat
dicantumkan sebagai : “kemungkinan diagnosa”.
3)
Kemungkinan:Diagnosis keperawatan yang mungkin adalah pernyataan yang
menjelaskan masalah yang diduga memerlukan data tambahan. itu adalah un
beruntung bahwa banyak perawat telah disosialisasikan untuk menghindari
muncul tentatif. dalam pengambilan keputusan ilmiah, pendekatan tentatif
bukanlah tanda kelemahan atau keraguan, tetapi merupakan bagian penting dari
proses. perawat harus menunda diagnosis akhir sampai ia atau dia telah
mengumpulkan dan menganalisis semua informasi yang diperlukan untuk tiba pada
suatu conclusion.physicians ilmiah menunjukkan kesementaraan dengan aturan
pernyataan keluar (R / O). Perawat juga harus mengadopsi posisi tentatif
sampai mereka telah menyelesaikan pengumpulan data dan evaluasi dan dapat
mengkonfirmasi atau menyingkirkan.
Syarat:
menegakkan kemungkinan diagnosa keperawatan adanya unsur respon (problem) dan
faktor yang mungkin dapat menimbulkan masalah tetapi belum ada.
Diagnosa:
kemungkinan gangguan konsep diri: rendah diri/terilosasi berhubungan dengan
diare.
Keperawat dituntut untuk berfikir
lebih kritis dan mengumpulkan data tambahan yang berhubungan dengan konbsep
diri.
4)
Diagnosa Keperawatan “Wellness”
Diagnosa keperawatan
kesejahteraaan adalah penilaian klinis tentang keadaan individu, keluarga,
atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat
sejahtera yang lebih tinggi (NANDA).
Ada 2 kunci yang harus ada:
a)
Sesuatu yang menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.
b)
Ada status dan fungsi yang efektif.
Pernyataan diagnosa keperawatan
yang dituliskan adalah “potensi untuk peningkatan..”. perlu dicatat bahwa
diagnosa keperawatan kategori ini mengandung unsur “faktor yang berhubungan”.
Contoh : Potensial peningkatan
hubungan dalam keluarga
Hasil yang diharapkan meliputi :
-
Makan pagi bersama selama lima hari / minggu
-
Mrlibatkan anak dalam pengambilan keputusan keluarga
-
Menjaga kerahasiaan setiap anggota keluarga
-
5) Diagnosa
keperawatan “syndrome”
Diagnosa
keperawatan syndrom adalah diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa
keperawatan aktual atau resiko yang diperkirakan ada karena situasi atau
peristiwa tertentu.
Manfaat diagnosa keperawatan
syndrom adalah agar perawat selalu waspada dan memerlukan keahlian perawat
dalam setiap melakukan pengkajian dan tindakan keperawatan.
Menurut NANDA ada dua diagnosa
keperawatan syndrom:
1.
Syndrom trauma pemerkosaan (Rape trauma syndrome)
Pada diagnosa keperawatan diatas
lebih menunjukkan adanya kelompok tanda dan gejala dari pada kelompok
diagnosa keperawatan. Tanda dan gejala tersebut meliputi:
Cemas, takut,sedih, gangguan
istirahat dan tidur, dan resiko tinggi nyeri sewaktu melakukan melakukan
hubungan seksual.
2.
Resiko Syndrome penyalahgunaan (Risk for Disuse Syndrome)
-
Resiko konstipasi
-
Resiko perubahan fungsi pernafasan
-
Resiko infeksi
-
Resiko trombosis
-
Resiko gangguan aktivitas
-
Resiko perlukaan
-
Kerusakan mobilisasi fisik
-
Resiko gangguan proses pikir
-
Resiko gangguan gambaran diri
-
Resiko ketidakberdayaan (powerlessness)
-
Resiko kerusakan integritas jaringan.
3.
KOMPONEN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Problem
(masalah)
Tujuan
penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah
kesehatan klien secara jelas dan sesingkatkan mungkin. Karena pada bagian ini
dari diagnose keperawatan mengidentifikasi apa yang tidak sehat tentang klien
dan apa yang harus diubah tentang status kesehatan klien dan juga memberikan
pedoman terhadap tujuan dari asuhan keperawatan. Dengan menggunakan standar
diagnose keperawatan dari NANDA mempunyai keuntungan yang signifikan.
a.
Membantu perawat untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya dengan menggunakan
istilah yang dimengerti secara umum.
b.
Memfasilitasi penggunaan computer dalam keperawatan, Karena perawat akan
mampu mengakses diagnose keperawatan.
c.
Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan yang ada
dengan masalah medis.
d.
Semua perawat dapat bekerja sama dalam menguji dan mendefinisikan kategori
diagnose dalam mengidentifikasi criteria pengkajian dan intervensi
keperawatan dalam meningkatan asuhan keperawatan.
2) Etiologi
(penyebab)
Etiologi
(penyebab) adalah factor klinik dan personal yang dapat merubah status
ksehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah. Etiologi
mengidentifikasi fisiologis, psikologis, sosiologis, spiritual dan
factor-faktor lingkungan yang dipercaya berhubungan dengan masalah baik
sebagai penyebab ataupun factor resiko. Karena etiologi mengidentifikasi
factor yang mendukung terhadap masalah kesehatan klien, maka etiologi sebagai
pedoman atau sasaran langsung dari intervensi keperawatan. Jika terjadi
kesalahan dalam menentukan penyebab maka tindakan keperawatan menjadi tidak
efektif dan efisien. Misalnya, klien dengan diabetes mellitus masuk RS
biasanya dengan hiperglikeni dan mempunyai riwayat yang tidak baik tentang
pola makan dan pengobatan (insulin) didiagnosa dengan “ ketidaktaatan”.
Katakana lah ketidaktaatan tersebut berhubungan dengan kuramgnya pengetahuan
kien dan tindakan keperawatan diprioritaskan mengajarkan klien cara mengatasi
diabetes melitus dan tidak berhasil, jika penyebab ketidaktaatan tersebut
karena klien putus asa untuk hidup.
Penulisan
etiologi dari diagnose keperawatan meliputi unsure PSMM
P
= Patofisiologi dari penyakit
S
= Situational (keadaan lingkungan perawatan)
M
= Medication ( pengobatan yang diberikan)
M
= Maturasi (tingkat kematangan/kedewasaan klien)
Etiologi,
factor penunjang dan resiko, meliputi:
a.
Pathofisiologi:
Semua proses penyakit, akut dan
kronis, yang dapat menyebabkan atau mendukung masalah, misalnya masalah
“powerlessness”
Penyebab yang umum:
·
ketidakmampuan
berkomunikasi ( CV A, intubation)
·
ketidakmampuan
melakukan aktifitas sehari-hari (CV A, trauma servical, nyeri, IMA)
·
ketidakmampuan
memenuhi tanggungjawabnya (pembedahan, trauma, dan arthritis)
b.
Situasional (personal, enfironment)
Kurangnya pengetahuan, isolasi
social, kurangnya penjelasan dari petugas kesehatan, kurangnya partisipasi
klien dalam mengabil keputusan, relokasi, kekurangmampuan biaya, pelecehan
sexual, pemindahan status social, dan perubahan personal teritori.
c.
Medication (treatment-related)
Keterbatasan institusi atau RS:
tidak sanggup memberikan perawatan dan tidak ada kerahasiaan.
d.
Maturational
Adolescent: ketergantungan dalam
kelompok, independen dari keluarga
Young adult: menikah, hamil,
orangtua
Dewasa: tekanan karir, dan
tanda-tanda pubertas
Elderly: kurangnya sensori, motor,
kehilangan (uang, factor lain)
3) Sign/symptom
(tanda/gejala)
Identifikasi
data subjektif dan objektif sebagai tanda dari masalah keperawatan.
Memerlukan kriteria evaluasi, misalnya : bau “pesing”, rambut tidak pernah di
keramas. “saya takut jalan di kamar mandi dan memecahkan barang”.
4.
PENTUAN PRIORITAS DIAGNOSIS
Dengan menentukan diagnosis
keperawatan, maka dapat diketahui diagnosis mana yang akan dilakukan atau
diatasi pertama kali atau yang segara dilakukan dalam menentukan prioritas
terdapat beberapa pendapat urutan prioritas, diantaranya :
1)
Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)
Penentuan prioritas berdasarkan
tingkat kegawatan atau mengancam jiwa yang dilatar belakangi dari prinsip
pertolongan pertama yaitu dengan membagi beberapa prioritas diantaranya
prioritas tinggi, prioritas sedang , dan prioritas rendah.
·
Prioritas
tinggi : mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan (nyawa seseorang)
sehingga perlu dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti masalah bersihan
jalan nafas.contoh diagnosa..................
·
Prioritas
sedang : menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam hidup
klien seperti masalah higiene perseorangan.contoh diagnosa..................
·
Prioritas
rendah : menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis dari
suatu penyakit yang secara spesifik seperti masalah keuangan atau lainnya.contoh
diagnosa..................
2)
Berdasarkan kebutuhan maslow
Maslow mentukan prioritas
diagnosis yang akan direncanakan berdasarkan kebutuhan diantaranya kebutuhan
fisiologis keselamatan dan keamanan, mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi
diri, yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Untuk prioritas diagnosis yang
akan direncanakan maslow membagi urutan tersebut berdasarkan urutan kebutuhan
dasar manusia di antaranya :
1)
Kebutuhan fisiologis, meliputi masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi,
nyeri, cairan, perawatan kulit, mobilitas, eliminasi.
2)
Kebutuhan keamanan dan keselamatan, meliputi masalah lingkungan, kondisi
tempat tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut.
3)
Kebutuhan mencintai dan dicintai, meliputi masalah kasih sayang, seksualitas,
afiliasi dalam kelompok, hubungan antar manusia.
4)
Kebutuhan harga diri, meliputi masalah respect dari keluarga, perasaan
menghargai diri sendiri.
5)
Kebutuhan masalah aktualisasi diri, meliputi kepuasan terhadap lingkungan.
|
2.
Berfikir kirtis dalam diagnosa
Pada tahun 1953, istilah diagnosa keperawatan
diperkenalkan oleh V. Fry dengan menguraikan langkah yang diperlukan dalam
mengembangkan rencana asuhan keperawatan.
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) (1990, dalam Carpenito, 1997) diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah-masalah kesehatan/ proses kehidupan yang aktual atau risiko. Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. Adapun persyaratan dari diagnosa keperawatan adalah perumusan harus jelas dan singkat dari respons klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi, spesifik dan akurat, memberikan arahan pada asuhan keperawatan, dapat dilaksanakan oleh perawat dan mencerminkan keadaan kesehatan klien. 1.Tipe Diagnosa Keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah struktur dan proses. Struktur diagnosa keperawatan komponennya tergantung pada tipenya, antara lain: a.Diagnosa keperawatan aktual (Actual Nursing Diagnoses). Diagnosa keperawatan aktual menyajikan keadaan yang secara klinis telah divalidasi melalui batasan karakteristik mayor yang dapat diidentifikasi. Tipe dari diagnosa keperawatan ini mempunyai empat komponen yaitu label, definisi, batasan karakteristik, dan faktor-faktor yang berhubungan (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997). b.Diagnosa keperawatan risiko dan risiko tinggi (Risk and High-Risk Nursing Diagnoses), adalah keputusan klinis bahwa individu, keluarga dan masyarakat sangat rentan untuk mengalami masalah bila tidak diantisipasi oleh tenaga keperawatan, dibanding yang lain pada situasi yang sama atau hampir sama (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997). c.Diagnosa keperawatan kemungkinan (Possible Nursing Diagnoses), adalah pernyataan tentang masalah-masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan. Namun banyak perawat-perawat telah diperkenalkan untuk menghindari sesuatu yang bersifat sementara dan NANDA tidak mengeluarkan diagnosa keperawatan untuk jenis ini (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997). d.Diagnosa keperawatan sejahtera (Wellness Nursing Diagnoses), adalah ketentuan klinis mengenai individu, keluarga dan masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ketingkat kesehatan yang lebih baik. Pernyataan diagnostik untuk diagnosa keperawatan sejahtera merupakan bagian dari pernyataan yang berisikan hanya sebuah label. Label ini dimulai dengan “Potensial terhadap peningkatan…….”, diikuti tingkat sejahtera yang lebih tinggi yang dikehendaki oleh individu atau keluarga, misal “Potensial terhadap peningkatan proses keluarga” (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997). e.Diagnosa keperawatan sindroma (Syndrome Nursing Diagnoses), terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau risiko tinggi yang diduga akan tampak karena suatu kejadian atau situasi tertentu. NANDA telah menyetujui dua diagnosa keperawatan sindrom yaitu “Sindrom trauma perkosaan” dan “Risiko terhadap sindrom disuse” (Carpenito, 1997). 2.Komponen Rumusan Diagnosa Keperawatan. Secara umum diagnosa keperawatan yang lazim dipergunakan oleh perawat di Indonesia adalah diagnosa keperawatan aktual dan diagnosa keperawatan risiko atau risiko tinggi yang dalam perumusannya menggunakan tiga komponen utama dengan merujuk pada hasil analisa data, meliputi: problem (masalah), etiologi (penyebab), dan sign/symptom (tanda/ gejala). Problem (masalah), adalah gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan karena adanya kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi. Etiologi (penyebab), adalah keadaan yang menunjukkan penyebab terjadinya problem (masalah). Sign/symptom (tanda/ gejala), adalah ciri, tanda atau gejala relevan yang muncul sebagai akibat adanya masalah. Dalam perumusannya sebuah diagnosa keperawatan dapat menggunakan 3 komponen atau 2 komponen yang sangat tergantung kepada tipe dari diagnosa keperawatan itu sendiri. Secara singkat rumusan diagnosa keperawatan dapat disajikan dalam rumus sebagai berikut: Diagnosa keperawatan aktual: Contoh: Nyeri kepala akut (Problem) berhubungan dengan peningkatan tekanan dan iritasi vaskuler serebral (Etiologi) ditandai oleh, mengeluh nyeri kepala, sulit beristirahat, skala nyeri: 8, wajah tampak menahan nyeri, klien gelisah, keadaan umum lemah, adanya luka robek akibat trauma pada kepala bagian atas, nadi: 90 X/ m (Sign/Simptom). Diagnosa keperawatan risiko/ risiko tinggi: Contoh: Risiko infeksi (Problem) berhubungan dengan adanya luka trauma jaringan (Etiologi) Pada diagnosa risiko, tanda/gejala sering tidak dijumpai hal ini disebabkan kerena masalah belum terjadi, tetapi mempunyai risiko untuk terjadi apabila tidak mendapatkan intervensi atau pencegahan dini yang dilakukan oleh perawat. 3. Persyaratan Diagnosa Keperawatan. Persyaratan diagnosa keperawatan, meliputi: 1) Perumusan harus jelas dan singkat berdasarkan respon klien terhadap Situasi atau keadaan kesehatan yang sedang dihadapi. 2) Spesifik dan akurat. 3) Merupakan pernyataan dari: P(Problem)+ E (Etiologi)+S (Sign/Simptom) atau P (Problem) + E (Etiologi). 4) Memberikan arahan pada rencana asuhan keperawatan. 5) Dapat dilaksanakan intervensi keperawatan oleh perawat. 4.Prioritas Diagnosa Keperawatan. Menyusun prioritas sebuah diagnosa keperawatan hendaknya diurutkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan utama klien, dengan kategori: 1). Berdasarkan tingkat Kegawatan a.Keadaan yang mengancam kehidupan. b.Keadaan yang tidak gawat dan tidak mengancam kehidupan. c.Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan. 2 ).Berdasarkan Kebutuhan maslow,yaitu Kebutuhan fisiologis,kebutuhan keamanan dan keselamatan,kebutuhan mencintai dan dicintai,kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. 3). Berdasarkan sarana/sumber yang tersedia, 5.Perbedaan Diagnosa Keperawatan Dengan Diagnosa Medis. Beberapa perbedaan antara diagnosa keperawatan dengan diagnosa medis dibawah ini: Diagnosa keperawatan : Berfokus pada respons atau reaksi klien terhadap penyakitnya. Berorientasi pada kebutuhan individu, bio-psiko-sosio-spiritual. Berubah sesuai dengan perubahan respons klien. Mengarah kepada fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi. Diagnosa Medis : Berfokus pada faktor-faktor yang bersifat pengobatan dan penyembuhan penyakit. Berorientasi kepada keadaan patologis Cenderung tetap, mulai dari sakit sampai sembuh. Mengarah kepada tindakan medik yang sebahagian besar dikolaborasikan kepada perawat. |
3.
Pendokumnetasian diagnosa
keperawatan
KOMPONEN MODEL DOKUMENTASI KEPERAWATANKegiatan konsep pendokumentasian meliputi : 1.Komunikasi Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan yang akan dikerjakan oleh perawat 2.Dokumentasi proses keperawatan Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang tepat umtuk pengambilan keputusan yang sistematis, problem solving, dan riset lebih lanjut. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, dan tindakan. Perawat kemudian Mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang diberikan, dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga kesehatan lainnya. 3.Standar dokumentasi Perawat memerlukan sesuatu keterampilan untuk memenuhi standar dokumentasi. Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitasn dan kwantitas dokumentasi yang dipertimnbangklan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Standar dokumentasi berguna untuk memperkuat pola pencatatan dan sebagai petunjuk atau pedoman praktik pendokumentasian dalam memberikan tindakan keperawatan. TUJUAN UTAMA DOKUMENTASI Tujuan utama dari pendokumentasian adalah : 1.Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien, merencanakan, melaksananak tindakan keperawatan, dan mengevaluasi tindakan. 2.dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika. MANFAAT DAN PENTINGNYA DOKUMENTASI KEPERAWATAN Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek : 1.Hukum Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi kepoerawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan. 2.Jaminan mutu (kualitas pelayanan) Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan mutu yankep. 3.Komunikasi Dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan. 4.Keuangan Semua tindakan keperawatann yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap dan dapat digumakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan. 5.Pendidikan Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan. 6.Penelitian Data yang terdapat di dalam dokumentasi keperawatan mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan. 7.Akreditasi Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada jklien. Dengan demikian dapat diambil kesimoulan tingkat keberhasilan pemeberian askep yang diberikan, guna pembinaan lebih lanjut. METODE DOKUMETASI PENGKAJIAN Dokumentasi pengkajian dirtujukan pada data klinik dimana perawat dapat mengumpulkan dan mengorganisisr dalam catatan kesehatan. Format pengkajian meliputi data dasar, flowsheet dan catatan perkembangan lainnyayang memungkinkan seagai alat komuniksi bagi tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya. Petunjuk penulisan pengkajian: 1.Gunakan format yang sistematis untuk mencatat pengkajian yang meliputi : Riwayat pasien masuk rumah sakit Respon klien yang berhuungan dengan persepsi kesehata klien Riwayat pengotan Data pasien rujukan, pulang dan keuangan 2.Gunakan format yang telah tersususn untuk pencatatan pengkajian Pendekatan : mayor body sistem Sistem respirasi Sistem kardiovaskular Sistem persarafan Sistem perkemihan Sistem pencernaan 3.Kelompokkan data-data berdasarkan model pendekatan yang digunakan (seperti tabel diatas) 4.Tulis data objektif tanpa bias (tanpa mengartikan), menilai memasukkan pendapat pribadi. 5.Sertakan pernyataan yang mendukung interpretasi data objektif. 6.Jelaskan oervasi dan temuan secara sistematis, termasuk devinisi karakteristiknya 7.Ikuti aturan atauran atau prosedur yang dipakai dan disepakati instansi 8.Tuliskan ecara jelas dan singkat JENIS PENGELOMPOKAN PENGKAJIAN JENIS PENGGUNAAN PENJELASAN FORMAT 1.General survey 2.Pola fungsi kesehatan 3.ROS (review of body system) Untuk menentukan keadaan klien secara umum Untuk menentukan respon individu : fisik, psikososial, spirituan dan budaya Untuk mennetukan status fungsi sistem tubuh Mengkaji status mental klien, perkemangantubuh, aktivitas, statusnutrisi, jenis kelamin dan ras, usia, postur tubuh dan bicara klien: Menkaji status klien pada : persepsi kesehatan, manajemen kesehatan, nutrisi, eliminasi, aktifitas, istirahat tidur, kognitif, koping, nilai/kepercayaan. Menkaji sistem tubuh secara berurutan biasanya : head to toe : integumen, kepala (mata hidung, mulut gigi, tenggorokan, leher), respirasi, kardiovaskular, gastrointestinal, genitourinari,gynekologi, muskuloskeletal, hematologi dan endokrin. PENDOKUMENTASIAN DIAGNOSA KEPERAWATAN. Petunjuk untuk penulisan diagnosa keperawatan meliputi : 1.Pemakaian PE dan PES : untuk format diagnosa aktual, kecuali ketika petugas yang berbeda mengambil tindakan segera (untuk contoh, tanda dan gejala pencatatan, sebelum dan sesudah diagnosa) a.Yakinkan masalah pengyeab utama dalam diagnosa sejalan dengan etiologi, contoh : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhuungan dengan mual dan muntah. b.Tulis pernyataan supaya permasalahan dan etiologi menunjukkan spesifik dan hasil yang berbeda c.Jika penyebab tidak dapat ditentukan menentukan problem dan dokumentasi yang tak dikenal etiologinya maka diagnosa keperawatan bisa dituliskan pernyataan komunikasi verbal untuk pasien yang tidak diketahui etiologinya 2.Catat diagnosa keperawatan potensial dalam sebuah problem/format etiologi 3.Pemakaian terminologi tetap dengan diagosa keperawatan karangan Nanda sehuungan dengan (diantara problem dan etiologi ) dan dibanding dengan (diantara etiologi, sign dan sympton) tergantung bahasa, jika masalah tidak selesai menurut nanda 4.Merujuk pada daftar yang dapat diterima, bentuk diagnosa keperawatan untuk catatan standar dalam saku atau ringkasan 5.Mulai pernyataan diagnosa dengan menguabah redaksinya ke dalam keadaan diagnosa keperawatan 6.Pastikan data mayor dan penunjang data minor karakteristik pendefinisian diperoleh dokumentasi abgian pengkajian pasien untuk menegakkan diagnosa keperawatan 7.Pernyataan awal dalam perencanaan keperawatan didaftar masalah dan nama dokumentasi dalam catatan perawatan. Pemakaian masing-masing diagnosa keperawatan sebagai petunjuk untuk membuat catatan perkembangan. 8.Hubungkan pada tiap-tiapdiagnosa keperawatan bila merujuk dan memberikan laporan perubahan. 9.Setiap pergantian jaga perawat, gunakan dignosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, tindakan dan evaluasi. 10.Catat bahan perawatan adalah dasar untuk pertimbangan darilangkah-langkah proses keperawatan. 11.Pencatatan semua diagnosa keperawtaan harus merefleksikan dimensi dalam masalah yang berosientasi pada pencatatan perawat 12.Suatu agenda atau pencatatan mungkin memerlukan untuk membuat diuagnosa keperawatan dan sisitem pencatatan yang relevan DOKUMENTASI RENCANA TINDAKAN Rencana tindakan keperawatan mencakup tiga hal meliputi : 1.Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan harus merupakan prioritas untuk merawat klien. Hal tersebut harus menyangkut langsung kearah situasi yang mengancam kehidupan klien. 2.Kriteria hasil Setiap diagnosa keperawatan hartus mempunyai sedikitnya satu kriteria hasil. Kriteria hasil dapat diukur dengan tujuan yang diharapkan yang mencerminkan masalah klien 3.Rencana tindakan keperawatan Tindakan keperawatan adalah memperoleh tanggung jawa mandiri, khususnya oleh perawat yang dikerjakan bersama dengan perintah medis berdasarkan maslaah klien dan antuan yang dterima klien adalah hasil yang diharapkan. Masing-masing masalah klien dan hasil yang diharapkan didapatkan paling sedikit dua rencana tindakan. Petunjuk penulisan rencana tindakan yang efektif: 1.Sebelum menuliskan rencana tindakan, kaji ulang semua data yang ada sumber data yang memuaskan meliputi : Pengkajian sewaktu klien masuk rumah sakit Diagnosa keperawatan sewaktu masuk rumah sakit Keluahan utama klien ataualasan dalam berhuungan dengan pelayanan kesehatan Laboratorium ritme Latar belakang sosial budaya Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik Observasi dari tim kesehatan lain 2.Daftar dan jenis masalah aktual resiko dan kemungkinan. Berikan prioritas utama pada maslah aktual yang mengancam kesehatan, 3.Untuk mempermudah dan bisa dimengerti dalam memuar rencana tindakan erikanlah ganbaran dan ilustrasi (contoh) bila mungkin diagnosa khususnya sangat membantu ketika teknologi canggih digunakan untuk perawtan klien atau ketika menggambarkan lokasi anatomi. 4.Tuliskan dengan jelas khusus, terukur, kriteria hasil yang diharapkan untuk mentapakan masalah ersama dengan klien tentukan keterampilan kognitif, afektif dan psikomotor yang memerlukan perhatian. 5.Selalu ditanda-tangani dan diberi tanggal rencana tindakan, hal ini perting karena seorang perawat profesionalakan bertanggung jawab dan ertanggung gugat untuk melaksanan rencana tindakan yang telah tertulis. 6.Mulai rencanatindakandengan menggunakan action verb Catat tanda-tanda vital setiap pergantian dines Timbang B setiap hari Informasikan kepada klien alasan isolasi 7.Alasan prinsip specivity untuk menuliskan diagnosa keperawatan.: Bagaimana prosedur akan dilaksanakan Kapan dan berapa lama Jelaskan secara singkat keperluan apa yang perlu dipenuhi, termasuk tahapan-tahapan tindakan. 8.Tuliskan rasional dari rencana tindakan. 9.Rencana tindakan harus selalu tertulis dan ditanda-tangani 10.Rencana tindakan harus dicatat seagai hal yang permanen 11.Klien dan keluarganaya jika memungkinkan diikutsertakan dalam perencanaan 12.Rencana tindakan harus sesuai dengan waktu yangditentukan dan diusahakan untuk selalu diperbaharuai misalnya setiap pergantian dines, setiap hari, dan atau sewaktu-waktu diperlukan. DOKUMENTASI INTERVENSI/ TINDAKAN KEPERAWATAN Perencanaan dan tindakan keperawatan adalah tahap dalam proses keperawatan berdasarkan masalah actual dari klien Maksud dokumentasi adalah menemukan secara tepat sebagai gambaran intervensi keperawatan yang meliputi : 1.Intervensi terapeutik Tindakan terapeutik adalah askep yang langsung sesuai keadaan klien. Rencana keperawatan yng lebih dari satu harus di kerjakan sungguh-sungguh sesuai proritas masalah dalam diagnosa keperawatan 2.Intervensi pemantapan/ observasi Proses ini membutuhkan ketajaman observasi perawat termasuk keterampilan mengevaluasi yang tepat. Progam yang lebih dari yang sangat menetukan kesehatan klien. Perawat harus lebih melihat perkembangan yang baik dan buruk dari klien seperti Mengobservasi tanda vital. Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan (Terapeutik) Therapi Medicus Ketidak efektifan bersihan jalan nafas Cemas Penurunan Cardiac out put Mengatur posisi untuk pemberian Oksigen Suction bila tidak ada kontra indikasi Mengajarkan tehnik batuk Mengambil sample blood gas arteri Mengajarkan kegiatan untuk mengurangi stress Mengatur lingkungan yang aman Mengalihkan orientasi yang realitas Atur posisi fowler/semi fowler Mengurangi pergerakan Mengatur lingkungan yang merangsang Mengatur pemberian Oksigen Pemberian obat ekspektoran Memeriksa sputum Mengukur blood gas arteri Memberi obat transquilizer sedative Mengurangi diet yang mengandung sodium Infus cairan elektrolit sesuai BB Memberikan obat untuk meningkatkan cardiac out put. Komponen Penting Pada Dokumentasi Intervensi Dkuentasi intervensi Mengidentifikasi mengapa sesuatu terjadi terhadap klien, apayang terjai, kapan, bagaimana, dan siapa yang melakukan intervensi : Why : Harus dijelaskan alasan tindakan harus dilaksanakan dan data yang ada dari hasil dokumentasi pengkajian dan diagnosa keperawatan What : Ditulis secara jelas, ringkas dari pengobatan atau tindkan dalam bentuk action verb When : Mengandung aspek yang penting dari dokumentasi intervensi. Pencatatan pada waktu pelaksaan intervensi sangat penting dalam hal pertanggung jawaban hukuj dan efektifitas tertentu How : Tindakan dilaksanakan dalam penambahan pencatatn yang lebih detail. Misalnya, “ miringkanan atau kiri dengan bantuan perawat.” Menandakan suatu prinsip ilmiah dan rasional dari rencana tindakan. Metode ini akan bisa meningkatkan dalam upaya-upaya penggunaan prosedur keperawatan yng tepat. Who : siapa yang melaksanakan intervensi harus selalu dituliskan pada dokumnetasi serta tanda tangan sebagai pertanggung jawaban Intervensi yang memerlukan suatu dokumnetasi khusus Ada dua dokumentasi yang memerlukan dokumnetasi khusus yaitu : 1. Prosedur invasive Tindakan invaiv merupakan baguian yang penting dari proses keperawatan, Karena memerlukan pengetahuan tentang IPTEK yang tinggi. Untuk itu pengetahuan lanjutan di perlukan dalam upaya meningkatkan tanggung jawab dlam pemberian intervensi. Misalnya perawat memberika tranfusi, kemoterapi, memasang kateter. Tindakan tersebut di atas kan membawa resiko yang tinggi pada klien terhadap komplikasi, yang tentunya perlu infomed consent sebelum tindakan di laksanakan. 2. Intervensi mendidik klien Perawat berperan penting dalam mengenal kebutuhan belajarkliendalam rencana mendidik klien dan memelihara laporan kegiatannya. Membutuhkan Pendidikan. Contoh rencana Pendidikan yang berlawan dengan pendikan yang dilaksanakan secara kebetulan sebagai berikut : Rencana pendidikan Pendidikan yang dilaksanakan secara kebetulan 1 Kebutuhan belajar pasien termasuk seluk beluk belajar objektif dan strategi mengajar 2 Kegiatan yang dilaksanakan sesuai jadwal 3 Melaksanakan perawatan secar kontinyu mengenai kebersihan diri setelah kembali kerumah 1. Meneberikan nasehat dan dorongan secara umum yang berkesinambungan 2. Memberikan kesempatan selama pertemuan untuk mengenal car belajar 3. Mengenal pelajaran yang kurang dan membutuhkan rencana belajar secara formal DOKUMENTASI EVALUASI PERAWATAN Pernyataan evaluasi perludodokumentasikan dalam catatan kemajuan, direvisi dalam rencana perawatan ataudmasukkan dalam ringkasan khusus dan dalam pelaksanaan dan entu perencanaan. Pedoman untuk pendokumentasian evaluasi 1.Sebelum kesimpulan evaluasi dengan data yang mendukung penilaian perawat. Contoh data pendukung (untuk klien dengan myocar infark) : tidak ada dispnea. Penilaian perawatannya : toleransi aktifitas meningkat. 2.Mengikuti dokumentasi intervensi keperawatan dengan pernyataan evaluasi formatif yang menjelaskan respon cepat klien terhadap intervensi keperawatan atau prosedur. Contohnya mengantuk setelah minum obat 3.Menggunakan pernyataan evaluasi sumatif ketika klien dipindahkan ke vasilitas lain atau dipulangkan 4.Catatn evaluasi sumatif untuk setiap hasil yang diharapkan diidentifikasikan pada perencanaan keperawatan klien, bisa berjalan 500 kaki dan menaiki 12 tangga tanpa bantuan. Evaluasi sumatif : dapat berjalan 200 kaki tanpa alat bantu dan dapat naik turun 6 tangga tanpa bantuan. 5.Menulis pernyataan evaluasi yang merefleksikan keadaan perkemangan klien terhadap tujuan, pemasukan yang sesuai dicatat sebagai berikut : kontrol sakit yang tidak efektif setelah medikasi, terus tanpa henti, penghilang rasa sakit dari medikasi berlangsung selama 30 menit. 6.Melalui suatu penilaian atau modifikasi intervensi, mengawali dan mendokumentasikan respon perawat untuk mengubah kondisi klien. Contoh : kesehatan klien memburuk, : jam 09.00 mengeluh salit di pusat seperti ditikam. |
Konsep
Perencanaan Keperawatan
Konsep perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan adalah bagaimana
perawat merencanakan suatu tindakan keperawatan agar dalam melakukan perawatan
terhadap pasien efektif dan efisien
Rencana asuhan keperawatan adalah
petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan
yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis
keperawatan.
TUJUAN
Tujuan umum :
1. Sebagai alat komunikasi antara sesama anggota perawatan dan antar tim kesehatan lainnya
2. Untuk meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan terhadap klien
3. Mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang akan dicapai.
Tujuan umum :
1. Sebagai alat komunikasi antara sesama anggota perawatan dan antar tim kesehatan lainnya
2. Untuk meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan terhadap klien
3. Mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang akan dicapai.
Tujuan Administratif :
1. Mengidentifikasi fokus keperawatan kepada klien atau kelompok
2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan lainnya
3. Menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi keperawatan
4. Menyediakan kriteria klasifikasi klien.
Tujuan
Klinik :
1. Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan
2. Mengomunikasikan dengan staf perawat, apa yang diajarkan, apa yang diobservasi dan apa yang dilaksanakan
3. Menyediakan kriteria hasil (outcomes) sebagai pengulangan dan evaluasi keperawatan
4. Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya untuk melaksanakan tindakan.
MANFAAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Sebagai penghubung kebutuhan klien
2. Untuk menjelaskan intervensi keperawatan yang harus dilaksanakan
3. Untuk meningkatkan praktik keperawatan, sehingga mendapatkan pengertian yang lebih jelas tentang prinsip proses keperawatan
4. Menjadi dasar pendekatan yang sistematis terhadap asuhan keperawatan.
LANGKAH-LANGKAH MEMBUAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Menetapkan urutan prioritas diagnosis keperawatan
2. Menentukan tujuan asuhan keperawatan
3. Menentukan rencana intervensi keperawatan
4. Menuliskan rencana asuhan keperawatan
1. MERUMUSKAN TUJUAN
1. Berdasarkan masalah/diagnosis keperawatan yang telah dirumuskan
2. Merupakan hasil akhir yang ingin dicapai
3. Harus objektif atau merupaan tujuan operasional langsung dari kedua belah pihak (klien-perawat)
4. Tujuan perawatan hendaknya sejalan dengan tujuan klien
5. Mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang
6. Mencakup kriteria keberhasilan sebagai dasar evaluasi
7. Menjadi pedoman dari perencanaan tindakan keperawatan.
Suatu pernyataan tujuan pertama-tama diperlukan agar perawat tahu secara khusus apa yang perawat harapkan untuk dicapai bersama-sama dengan klien. Tanpa suatu pernyataan tujuan yang jelas, perawat tidak mengetahui apakah akhir yang diinginkan telah tercapai. Suatu pernyataan tujuan yang jelas, akan menunjukkan hasil dari tindakan keperawatan dan batas waktu yang dibutuhkan.
Terdapat dua kategori tujuan, yaitu janga pende dan jangka panjang. Tujuan jangka panjang adalah hasil yang dalam pencapaiannya memerlukan waktu lebih lama. Tujuan jangka pendek tepat digunakan untuk keadaan emergensi dimana kondisi klien tidak stabil.
Contoh tujuan jangka pendek :
1. Frekuensi nafas 16 – 24 x/mnt setelah dilakukan tindakan keperawatan/kolaboratif selama 2 jam.
2. Pemasukan cairan 2000 cc dalam 24 jam.
Kriteria Rumusan Tujuan Keperawatan :
1. Berfokus kepada klien. Pernyataan tujuan harus merupakan perilaku klien yang menunjukkan berkurangnya masalah klien. Masalah tersebut telah diidentifikasikan dalam diagnosis keperawatan
2. Jelas dan singkat
3. Dapat diukur dan diobservasi
4. Waktu relatif dibatasi (jangka pendek, menengah dan panjang)
5. Realistik untuk kemampuan/kondisi klien dalam waktu seperti yang ditetapkan
6. Realistik untuk tingkat pengalaman dan ketrampilan perawat
7. Ditentukan bersama oleh perawat dan klien
8. Tujuan harus sejalan dan menyokong terapi lain
Perumusan Kriteria Keberhasilan :
1. Merupakan model atau standar yang digunakan untu membuat keputusan
2. Dinyatakan sebagai hasil, misalnya merupakan perubahan status kesehatan
3. Menentukan apakah tujuan dapat dicapai
4. Menentukan kriteria keberhasilan yang ditentukan, yang mencakup perubahan perilaku, apa yang dilakukan oleh klien dan bagaimana kemampuan klien sebelum mencapai tujuan
Manifestasi terhadap respon manusia : KAPP (Kognitif, Afektif, Psikomotor, dan Perubahan fungsi tubuh) :
1. Kognitif : pengetahuan; berdasarkan pengulangan informasi yang telah diajarkan kepada klien.
2. Affektif : mengetahui bagaimana respon klien dan keluarga terhadap stress yang dihadapi (status emosional)
3. Psikomotor : mengidentifikasi apa yang seharusnya bisa dilaksanakan oleh klien sebagai hasil dari rencana pengajaran
4. Perubahan fungsi tubuh : sejumlah manifestasi yang dapat diobservasi.
Ciri-ciri Kriteria Keberhasilan :
1. Berhubungan dengan tujuan
2. Bersifat khusus dan konkrit
3. Hasilnya dapat dilihat, didengar, diraba dan diukur oleh orang lain
4. Dinyatakan dengan istilah yang positif.
Contoh :
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tujuh hari, klien mampu merawat kebersihan diri sendiri tanpa bantuan perawat.
Kriteria :
1. Klien dapat mandi sendiri minimal 1x sehari
2. Klien dapat mengganti pakaian sendiri minimal 1x sehari
3. Mampu berdandan dengan rapi sesuai dengan waktu dan tepat
Formulasi Rumusan Tujuan Keperawatan :
1. Subjek (klien)
2. Perilaku klien yang dapat diamati oleh orang lain
3. Predikat (kondisi)
4. Kriteria keberhasilan.
Petunjuk Umum dalam Menulis Tujuan :
1. Tulislah tujuan dalam istilah yang dapat diukur. Hindari kata-kata : baik, normal, cukup dan perbaikan.
2. Tulislah tujuan dalam istilah `yang dapat dicapai oleh klien`, bukan tindakan keperawatan
3. Tulis tujuan sesingkat mungkin
4. Buat tujuan yang spesifik
5. Setiap tujuan berdasarkan dari satu diagnosis keperawatan
6. Rencanakan batas waktu untuk pencapaian setiap tujuan. Tulis tanggal tujuan dan tanggal evaluasi.
Secara umum : SMART : Specific, Measurable, Achievable, Reality and Time (singkat, jelas, dapat dimengerti, spesifik, dapat diukur, dapat dinilai, realistis, berdasarkan diagnosis keperawatan dan kriteria waktu tertentu).
1. Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan
2. Mengomunikasikan dengan staf perawat, apa yang diajarkan, apa yang diobservasi dan apa yang dilaksanakan
3. Menyediakan kriteria hasil (outcomes) sebagai pengulangan dan evaluasi keperawatan
4. Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya untuk melaksanakan tindakan.
MANFAAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Sebagai penghubung kebutuhan klien
2. Untuk menjelaskan intervensi keperawatan yang harus dilaksanakan
3. Untuk meningkatkan praktik keperawatan, sehingga mendapatkan pengertian yang lebih jelas tentang prinsip proses keperawatan
4. Menjadi dasar pendekatan yang sistematis terhadap asuhan keperawatan.
LANGKAH-LANGKAH MEMBUAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Menetapkan urutan prioritas diagnosis keperawatan
2. Menentukan tujuan asuhan keperawatan
3. Menentukan rencana intervensi keperawatan
4. Menuliskan rencana asuhan keperawatan
1. MERUMUSKAN TUJUAN
1. Berdasarkan masalah/diagnosis keperawatan yang telah dirumuskan
2. Merupakan hasil akhir yang ingin dicapai
3. Harus objektif atau merupaan tujuan operasional langsung dari kedua belah pihak (klien-perawat)
4. Tujuan perawatan hendaknya sejalan dengan tujuan klien
5. Mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang
6. Mencakup kriteria keberhasilan sebagai dasar evaluasi
7. Menjadi pedoman dari perencanaan tindakan keperawatan.
Suatu pernyataan tujuan pertama-tama diperlukan agar perawat tahu secara khusus apa yang perawat harapkan untuk dicapai bersama-sama dengan klien. Tanpa suatu pernyataan tujuan yang jelas, perawat tidak mengetahui apakah akhir yang diinginkan telah tercapai. Suatu pernyataan tujuan yang jelas, akan menunjukkan hasil dari tindakan keperawatan dan batas waktu yang dibutuhkan.
Terdapat dua kategori tujuan, yaitu janga pende dan jangka panjang. Tujuan jangka panjang adalah hasil yang dalam pencapaiannya memerlukan waktu lebih lama. Tujuan jangka pendek tepat digunakan untuk keadaan emergensi dimana kondisi klien tidak stabil.
Contoh tujuan jangka pendek :
1. Frekuensi nafas 16 – 24 x/mnt setelah dilakukan tindakan keperawatan/kolaboratif selama 2 jam.
2. Pemasukan cairan 2000 cc dalam 24 jam.
Kriteria Rumusan Tujuan Keperawatan :
1. Berfokus kepada klien. Pernyataan tujuan harus merupakan perilaku klien yang menunjukkan berkurangnya masalah klien. Masalah tersebut telah diidentifikasikan dalam diagnosis keperawatan
2. Jelas dan singkat
3. Dapat diukur dan diobservasi
4. Waktu relatif dibatasi (jangka pendek, menengah dan panjang)
5. Realistik untuk kemampuan/kondisi klien dalam waktu seperti yang ditetapkan
6. Realistik untuk tingkat pengalaman dan ketrampilan perawat
7. Ditentukan bersama oleh perawat dan klien
8. Tujuan harus sejalan dan menyokong terapi lain
Perumusan Kriteria Keberhasilan :
1. Merupakan model atau standar yang digunakan untu membuat keputusan
2. Dinyatakan sebagai hasil, misalnya merupakan perubahan status kesehatan
3. Menentukan apakah tujuan dapat dicapai
4. Menentukan kriteria keberhasilan yang ditentukan, yang mencakup perubahan perilaku, apa yang dilakukan oleh klien dan bagaimana kemampuan klien sebelum mencapai tujuan
Manifestasi terhadap respon manusia : KAPP (Kognitif, Afektif, Psikomotor, dan Perubahan fungsi tubuh) :
1. Kognitif : pengetahuan; berdasarkan pengulangan informasi yang telah diajarkan kepada klien.
2. Affektif : mengetahui bagaimana respon klien dan keluarga terhadap stress yang dihadapi (status emosional)
3. Psikomotor : mengidentifikasi apa yang seharusnya bisa dilaksanakan oleh klien sebagai hasil dari rencana pengajaran
4. Perubahan fungsi tubuh : sejumlah manifestasi yang dapat diobservasi.
Ciri-ciri Kriteria Keberhasilan :
1. Berhubungan dengan tujuan
2. Bersifat khusus dan konkrit
3. Hasilnya dapat dilihat, didengar, diraba dan diukur oleh orang lain
4. Dinyatakan dengan istilah yang positif.
Contoh :
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tujuh hari, klien mampu merawat kebersihan diri sendiri tanpa bantuan perawat.
Kriteria :
1. Klien dapat mandi sendiri minimal 1x sehari
2. Klien dapat mengganti pakaian sendiri minimal 1x sehari
3. Mampu berdandan dengan rapi sesuai dengan waktu dan tepat
Formulasi Rumusan Tujuan Keperawatan :
1. Subjek (klien)
2. Perilaku klien yang dapat diamati oleh orang lain
3. Predikat (kondisi)
4. Kriteria keberhasilan.
Petunjuk Umum dalam Menulis Tujuan :
1. Tulislah tujuan dalam istilah yang dapat diukur. Hindari kata-kata : baik, normal, cukup dan perbaikan.
2. Tulislah tujuan dalam istilah `yang dapat dicapai oleh klien`, bukan tindakan keperawatan
3. Tulis tujuan sesingkat mungkin
4. Buat tujuan yang spesifik
5. Setiap tujuan berdasarkan dari satu diagnosis keperawatan
6. Rencanakan batas waktu untuk pencapaian setiap tujuan. Tulis tanggal tujuan dan tanggal evaluasi.
Secara umum : SMART : Specific, Measurable, Achievable, Reality and Time (singkat, jelas, dapat dimengerti, spesifik, dapat diukur, dapat dinilai, realistis, berdasarkan diagnosis keperawatan dan kriteria waktu tertentu).
1.
Konsep perencanaan keperawatan
Perencaan
merupakan fungsi organik manajemen yang merupakan dasar atau titik tolak dan
kegiatan pelaksaan kegiatan tertentu dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
Perencanaan
tenaga keperawatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain lingicungan
(external change), keputusan , organisasi yang dapat berbentuk pensiun,
pemutusan hubungan kerja (PHK), dan kematian. Perencaan ketenagaan merupakan
suatu proses yang kompleks, yang memerlukan ketelitian dalam menerapkan
jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan dalam mencapai
tujuan organisasi
Menurut
siagian (19983), perencaan yang baik harus memiliki prinsip-prinsip sebagai
berikut:
What
kegiatan apa yang harus dijalankan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
disepakati?
Where
dimana kegiatan akan dilakukan?
When
kapan kegiatan tersebut akan dilakukan?
Who
siapa yang harus melaksanakan kegiatan tersebut?
Why
mengapa kegiatan tersebut perlu dilaksanakan?
How
bagaimana cara melaksanakan kegiatan tersebut kearah pencapaian tujuan?
Perencanaan
tenaga atau staffing merupakan salah satu fungsi utama seorang pemimpin
organisasi,termasuk organisasi keperawatan. Keberhasilan suatu organisasi
salah satunya ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Hal ini
berhubungan erat dengan bagaimana seorang pimpinan merencanakan ketenangan di
unit kerjanya.
Langkah
perencanaan tenaga keperawatan menurut Drucicter dan Gillies(1994) meliputi
hal-hal sebagai berikut:
Penentuan
tenaga keperawatan dipengaruhi oleh keinginan untuk menggunakan tenaga
keperawatan yang sesuai. Untuk lebih akuratnya dalam perencanaan tenaga
keperawatn, maka pimpinan keperawatan harus mempunyai keyakinan tertentu
dalam organisasinya,seperti:
Jumlah
tenaga terapil ditentukan oleh tingkat ketergantungan klien. Menurut Abdullah
& Levine (1965) dalam Gillies (1994), seharusnya dalam suatu unit ada 55%
tenaga ahli dan 45% tenaga terampil.
Penetapan
jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang akan
dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien disetiap unit.
Kategori
perawatan klien:
Cara
menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit sebagai berikut:
|
2.
Berfikir kirtis dalam perencanaan
keperawatan
Berpikir kritis merupakan suatu proses yang berjalan
secara berkisinambungan menjakup interaksi dari suatu rangkayan pikiran
dan presepsi. Sedangkan berpikir kritis merupakan konsep dasar yang
terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan
krisis itu sendiri sebagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang
komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang didalamnya dipelajari
krakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis,
pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.
Menurut para ahli (Pery dan Potter,2005), berpikir
kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk
menginterfensikan atau mengefaluasi informasi untuk membuat sebuah penilain
atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan
pengalaman. Menurut Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian
secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip,
pemikiran,masalah, kepercayaan, dan tindakan. Menutut Strader (1992),
berpikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan
pendapat atau fakta yang mutahir dan menginterfensikan serta mengefaluasikan
pendapat-pendapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya
perspektif pandangan baru.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu
sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan
pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk
asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak
terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.
Untuk lebih mengoptimalkan dalam proses berpikir
kritis setidaknya paham atau tau dari komponen berpikir kritis itu sendiri,
dan komponen berpikir kritis meliputi pengetahuan dasar, pengalaman, kompetensi,
sikap dalam berpikir kritis, standar/ krakteristik berpikir kritis.
Keterampilan kongnitif yang digunakan dalam berpikir
kualitas tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir
ulang, oposisi, tantangan dan dukungan.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks,
yang berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis
adalah denominatur umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran
yang disiplin dan mandiri.
1. Berfikir kritis perlu bagi perawat :
1. Penerapan
profesionalisme.
2. . Pengetahuan
tehnis dan keterampilan tehnis dalammemberikan askep.Seorang
pemikir yang baik tentu juga seorang perawat
yang baik.Diperlukan perawat, karena :
‡a. Perawat setiap hari mengambil keputusan
‡b. Perawat
menggunakan keterampilan berfikir :
1. Menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek danlingkungannya
2. menangani perubahan yang
berasal dari stressor lingkungan
3.. penting membuat keputusan.Mz.Kenzie
à Critical thinking : Ditujukan pada situasi,rencana, aturan yang terstandar
dan mendahului dalam- menggunakan pengetahuan untuk mengembangkanhasil yang
diharapkan- keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki
untuk memilih tindakand. Pelaksanaan keperawatan :
- pelaksanaan tindakan keperawatan adalkahketerampilan
dalam menguji hipotesa.
- Tindakasn nyata yang menentukan tingkat
keberhasilane. Evaluasi keperawatan :
-Mengkaji efektifitas
tindakan
-Perawat harus dapat mengambil keputusan
tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien
-Perlukah diulangi
keperawatan.
2.Argumentasi
dalam keperawatan
Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi
harus berargumentasi untuk menenukan, menjelaskankebenaran,
mengklarifikasi isu, memberikan penjelasan,mempertahankan terhadap suatu tuntutan/tuduhan.Argumentasi
Badman and Badman (1988)
terkait dg.konsep berfikir dalam keperawatan :
1. berhubungan dengan situasi
perdebatan.
2. Debat tentang suatu isu
3. Upaya untuk mempengaruhi
individu/kelompok
4.
Penjelasan yang rasional
3.Pengambilan
keputusan dalam keperawatan
Sehari-hari
perawat harus mengambil keputusan yangtepat.
4.Penerapan
Proses Keperawatan
Perawat berfikir kritis pada setiap langkah
proseskeperawatana.
Pengkajian :
- mengumpulkan data dan validasi
- Perawat melakukan observasi berfikir kritis
dalam pengumpulan data.
-
Mengelola dan menggunakan ilmu-ilmu lain yangterkait. b. Perumusan
diagnosa keperawatan :
Tahap pengambilan
keputusan yang paling kritis.
- Menentukan masalah dan argumen secara rasional
- Lebih terlatih, lebih tajam dalam masalahc.
Perencanaan keperawatan : pembuatan
keputusan.Critical thinking à Investigasi terhadap tujuan
gunamengeksplorasi situasi, phenomena, pertanyaan, ataumasalah untuk menuju
pada hipotesa atau keputusan secaraterintegrasi.Critical thinking : Pengujian
yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh, asumsi, prinsip-prinsip,
argumen, kesimpulan-kesimpulan, isu-isu, pernyataan, keyakinan dan aktifitas(Bandman and Bandman, 1988).Pengujian
berdasarkan alasan ilmiah, pengembilan keputusandan kreatifitas
Asumsi Berfikir (Think) :
Berfikir, perasaan dan berbuat dilakukan komponen
dasar bersama/sejalan pada saatmelakukan keperawatan.Berfikir
tanpa melakukan sesuatu adalah sia-siaBekerja tanpa berfikir adalah sangat
berbahayaBerfikir /berbuat tanpa diserta perasaan tidak mungkinMetoda berfikir kritis :
Freely debate .
1. lndividual decision Group
2. Persuasi
3. Propaganda
4. Coercion
B. Elemen berpikir
kritis
Berbagai
elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen, pemecahan masalah,
keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan komponen keterampilan dan
sikap berpikir kritis.
Elemen
berpikir kritis antara lain:
1. Menentukan tujuan
2. Menyususn
pertanyaan atau membuat kerangka masalah
3. Menujukan bukti
4. Menganalisis konsep
5. Asumsi
Perspektif
yang digunakan selanjutnya keterlibatan dan kesesuaian
Kriteria
elemen terdiri dari kejelasan, ketepatan, ketelitan dan keterkaitan.
C. MODEL BERPIKIR
KRITIS DALAM KEPERAWATA
Dalam penerapan pembelajaran pemikiran kritis di
pendidikan keperawatan, dapat digunakan tiga model, yaitu: feeling, vision
model, dan examine model yaitu sebagai berikut:
1. Feling Model
Model ini
menerapkan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan. Pemikir
kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan, kepekaan
dalam melakukan aktifitas keperawatan dan perhatian. Misalnya terhadap
aktifitas dalam pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala, petunjuk
dan perhatian kepada pernyataan serta pikiran klien.
2. Vision model
Model ini
dingunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan menerjemahkan
perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan dan ide tentang
permasalahan perawatan kesehatan klien, beberapa kritis ini digunakan untuk
mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk
merespon ekspresi.
3. Exsamine model
Model ini
dungunakan untuk merefleksi ide, pengertian dan visi. Perawat menguji ide
dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran
yang tepat untuk analisis, mencari, meguji, melihat konfirmasi, kolaborasi,
menjelaskan dan menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide.
Model berfikir kritis dalam keperawatan menurut para
ahli,
a.
Costa and colleagues (1985)
Menurut
costa and colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai ‘the six Rs” yaitu:
1. Remembering ( mengingat)
2. Repeating (mengulang)
3. Reasoning (memberi
alasan)
4. Reorganizing
(reorganisasi)
5. Relating (berhubungan)
6. Reflecting (merenungkan)
b.
Lima model berpikir kritis
1. Total recall
2. Habits ( kebiasaan)
3. Inquiry ( penyelidikan /
menanyakan keterangan )
4. New ideas and creativity
5. Knowing how you think
(mengetahui apa yang kamu pikirkan)
Ada empat alasan berpikir kritis yaitu: deduktif, induktif, aktifitas
informal, aktivitas tiap hari, dan praktek. Untuk menjelaskan lebih mendalam
tentang defenisi tersebut, alasan berpikir kritis adalah untuk mengenalisis
penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan, dan ketegasan asumsi,
kuatnya bukti-bukti,menilai kesimpulan, membedakan antara baik dan buruknya
argumen serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar
serta tindakan yang dilakukan.
D. Analisa berfikir kritis
1. Analisis kritis
merupakan suatu cara untuk mencoba memahami kenyataan kejadian atau peristiwa
dan pernyataan yang ada dibalik makna yang jelas atau makana langsung.
Analisis kritis mempersaratkan sikap untuk berani menentang apa yang
dikatakan atau dikemukaan oleh pihak-pihak yang berkuasa
2. Analisis kritis
merupakan suatu kapesitas potensi yang dimiliki oleh semua orang demikian
analisis kritis tetap akan tumpul dan tidak berkembang apabila tidak di asa
atau dipraktekan
3. Analisis kritis
merupakan upaya peribadi atau upaya kolektif
4. Analisis kritis
menentukan kemungkinan sesuatu kesempatan yang lebih baik ke arah langka
untuk memperbaiki kenyataan atau situasi yang telah dianalisis.
5. Peran terpenting
untuk melaksanakan analisis kritis bukanlah serangkaian langkah atau
pertanyaan yang berangkat dari ketidak tahuan menuju kepencerahan.
6. Analisis kritis
juga mencoba memahami riwayat pernyataan situasi atau masalah yang perlu
dipahami. Analisis kritis mengkaji situasi atau peristiwa yang tengah dalam
proses perubahan.
E. Berfikir
logis dan kreatif
Berfikir
logis adalah penalaran atau keterampilan berfikir dengan tepat, ketepatan
berfikir sangat tergantung pada jalan pikiran yang logis dalam berfikir
secara logis. Kita harus terampil untuk mengerti fakta, memahami konsep
hubungan dalam menarik kesimpulan.
Berfikir
kreatif adalah berfikir lintas bidang yang ditandai dengan krakterlistik
berfikir. Disamping itu berfikir kreatif juga menuntut
adanya pengikatan diri terhadap tugas yang tinggi yang artinya kreatifitas
menuntut disiplin yang tinggi dan konsisten terhadap bidang tungas.
Krakteristik
Berpikir Kritis
Krakteristik Berpikir Kritis adalah
1. Konseptualisasi
Konsep
tualisasi artinya : proses intelektual membentuk suatu konsep.
Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang
realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian, objek atribut, dan sejenisnya.
Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang digenerilisasi
secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak.
2. Rasional dan
Beralasan
Artinya
argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat
dari fakta fenomena nyata.
3. Reflektif
Artinya
bahwa seseorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau presepsi dalam
berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan
data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu. Fakta dan kejadian.
4. Bangian dari suatu
sikap
Yaitu
pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis akan selalu
menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk
dibanding yang lain.
5. Kemandirian
berpikir
Seorang
berpikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima pemikiran
dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan
dapat dipercaya.
6. Berpikir adil dan
terbuka
Yaitu
mencoba untuk beruubah dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan
menjadi benar dan lebih baik.
7. Pengambilan
keputusan berdasarkan keyakinan
Berpikir
kritis dingunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan,
mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan
diambil.
8. Watak
(dispositions)
Seseorang
yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat
terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan
pendapat,resespek tehadap kejelasan dan ketelitian, mencari
pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat
sebuah pendapat yang diangapnya baik.
9. Kriteria (criteria)
Dalam
berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai
kearah mana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau
dipercayai.meskipun sebuah argumen dapat disusun dari berapa sumber
pembelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan
menerapkan standarlisasi maka haruslah berdasarkan relenfansi, keakuratan
fakta-fakta, berdasarkan sumber yang kredibel, teliti tidak benas dari logika
yang keliru, logika yang konsisten dan pertimbangan yang matang.
10. Sudut pandang
Yaitu cara
memandang atau menafkirkan dunia ini, yang akan menentukan kontruksi
makna.seseorang yang berfikir dengan kritis akan memandang sebuah penomena
dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
F. Pemecahan Masalah Dalam
Berpikir Kritis
Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses
pengambilan keputusan, yang difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah
secepatnya. Masalah dapat digambarkan sebagai kesenjangan diantara “apa
yang ada dan apa yang seharusnya ada”. Pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa individu harus memiliki
kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan adanya bimbingan
dan role model di lingkungan kerjanya.
Langkah-Langkah
Pemecahan Masalah
1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang
dihadapi.
2. Mengumpulkan
fakta-fakta dan data yang relevan.
3. Mengolah fakta dan
data.
4. Menentukan beberapa
alternatif pemecahan masalah.
5. Memilih cara
pemecahan dari alternatif yang dipilih.
6. Memutuskan tindakan
yang akan diambil.
7. Evaluasi.
G.PROSES
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERFIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATA
keputusan dalam penyelesaian masalah adalah
kemampuan mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan
keperawatan dan kebidanan. Tidak hanya berpengaruh pada proses pengelolaan
asuhan keperawatan dan kebidanan, tetapi penting untuk meningkatkan
kemampuan merencanakan perubahan. Perawat dan bidan pada semua tingkatan
posis iklinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambi
lkeputusan yang efektif, baik sebaga ipelaksana/staf maupun sebagai pemimpin.
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan bukan
merupakan bentuk sinonim. Pemecahan masalah dan proses pengambilan
keputusan membutuhkan pemikiran kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan
dalam praktek. Pengambilan keputusan merupakan upaya pencapa iantujuan dengan
menggunakan proses yang sistematis dalam memilih alternatif. Tidak semua
pengambilan keputusan dimulai dengan situasi masalah.
Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan keputusan :
1. Dalam proses
pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.
2. Pengambilan
keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi harus berdasarkan pada
sistematika tertentu :
a. Tersedianya
sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil.
b. Kualifikasi tenaga
kerja yang tersedia
c. Falsafah yang
dianut organisasi.
d. Situasi lingkungan
internal dan eksternal yang akan mempengaruhi administrasi dan manajemen di
dalam organisasi.
3. Masalah harus
diketahui dengan jelas.
4. Pemecahan masalah
harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis.
5. Keputusan yang baik
adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang telah
dianalisa secara matang.
H. Fungsi berpikir Kritis
dalam Keperawatan
Berikut
ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah
sebagai berikut:
1. Penggunaan proses
berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari
2. Membedakan sejumlah
penggunaan dan isu- isu dalam keperawatan
3. Mengidentifikasi
dan merumuskan masalah keperawatan
4. Menganalisis
pengertian hubungan dari masing-masing idikasi, penyebab dan tujuan, serta
tingkat hubungan.
5. Menganalisis
argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
6. Menguji
asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan data dan
petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8. Membuat dan
mengecek dasar analisis dan faliidasi data keperawatan.
9. Merumuskan dan
menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan
terhadap keyakinan dan kesimpulan yang dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai
keputusan dalam keperawatan
12. Mencari alasan-alasan kriteria,
prinsip-prinsip dan akktifitas nilai-nilai keputusan.
13. Mengefaluasi penampilan kinerja perawat
dan kesimpulan asuhan keperawatan.
I. Model
penggunanaan atribut
Berdasarkan penelitan sebelumnya, penelitian
ini mencoba mempertimbangkan efek ketidak linieran tersebut untuk perjalanan
dengan range yang cukup signifikan perbedaannya dalam penelitian model
penggunaan atribut ini dilakukan untuk mempelajari perilaku pemilihan model
dengan menvariasikan berbagai jenis model.dengan mempertimbangkan efek
ketidak linieran nilai atribut antara lain melalui penggunaan presentase
perubahan nilai atribut sebagai nilai atribut model dalam keperawatan.
J.
Proses Intuisi
Proses
intuisi merupakan pendorong utama untuk benalar logis (masuk akal)
sekaligus
pemicu aktifitas berfikir bagi siswa untuk itu perlu adanya upaya pemilihan
pendekatan pembelajaran yang tepat dan efektif untuk tercapainya kemampuan
berfikir yang diharapkan mampu mengoptimalkan serta memupuk sikap positif dan
pola berfikir yang membudaya dalam mengatasipermasalahan real word. Sala satu
solusi yang dipandang tepat untuk mewujudkan tuntutan tersebut adalah
pendekatan kontekstual berbasis intuisi sebagai suatu pendekatan yang diawali
dengan berintiwisi informal dalam menyelesaikan masalah berkonteks yang
rancang secara kusus.
ASPEK-ASPEK
BERPIKIR KRITIS
Kegiatan
berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa
perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku berpikir
kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek:
1. relevance
relevansi
( keterkaitan ) dari pernyataan yang dikemukan.
2. Importance
Penting
tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukaan.
3. Novelty
Kebaruan
dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam
sikap menerima adanya ide-ide orang lain.
4. Outside material
Menggunakan
pengalamanya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan
5. Ambiguity clarified
Mencari
penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan
6. Linking ideas
Senantiasa
menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari data baru dari
informasi yang berhasil dikumpulkan.
7. justification
memberi
bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan
yang diambilnya. Termasuk didalamnya senantiasa memberikan penjelasan
mengenai keuntungan dan kerungian dari suatu situasi atau solusi.
INDIKATOR
BERPIKIR KRITIS
Wade
(1995) mengidentifikasi delapan kerakteristik berpikir kritis, yakni
meliputi:
1. Kegiatan merumuskan
pertanyaan
2. Membatasi
permasalahan
3. Menguji data-data
4. Menganalisis
berbagai pendapat
5. Menghindari
pertimbangan yang sangat emosional
6. Menghindari
penyederhanaan berlebihan
7. Mempertimbangkan
berbagai interpretasi
8. Mentolerasi
ambiguitas
Prinsip
utama penerapan dalam berpikir kritis
Prinsip utama untuk menetapkan suatu masalah adalah
mengetahui fakta, kemudian memisahkan fakta tersebut dan melakukan
interpretasi data menjadi fakta objektif dan menentukan luasnya masalah
tersebut. Manajer membutuhkan kemampuan untuk menetapkan prioritas pemecahan
masalah. Umumnya untuk pemecahan masalah selalu menggunakan metoda coba-coba
dan salah, eksperimen, dan atau tidak berbuat apa-apa (“do nothing”).
Pembuatan keputusan dapat dipandang sebagai proses yang menjembatani hal yang
lalu dan hal yang akan datang pada saat manajer hendak mengadakan suatu
perubahan.
Proses pemecahanmasalah dan
pengambilan keputusan di atas adalah salah satu penyelesaian yang dinamis.
Penyebab umum gagalnya penyelesaian masalah adalah kurang tepat
mengidentifikasi masalah.Oleh karena itu identifikasi masalah adalah langkah
yang paling
penting.Kualitashasiltergantungpadakeakuratandalammengidentifikasimasalah.
Identifikasi masalah dipengaruhi oleh informasi yang
tersedia, nilai, sikap dan pengalaman pembuat keputusan serta waktu
penyelesaian masalah. Terutama waktu yang cukup untuk mengumpulkan dan
mengorganisir data.
|
3. Pendokumnetasian
perencanaan keperawatan
|
Perencanaan Keperawatan
20 February, 2007
Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan dimana
tujuan/hasil ditentukan dan intervensi dipilih.Rencana perawatan adalah bukti tertulis dari tahap dua dan tahap tiga proses keperawatan yang mengidentifikasi masalah/kebutuhan pasien, tujuan/hasil perawatan dan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan dan menangani masalah/kebutuhan pasien.
Untuk mengarahkan dan mengevaluasi asuhan keperawatan, rencana asuhan harus mencakup elemen sebagai berikut :
1. Pernyataan diagnostik (masalah kolaboratif, diagnosa keperawatan)
2. Kriteria hasil (tujuan klien) atau tujuan keperawatan
3. Tindakan keperawatan atau intervensi
4. Evaluasi (status rencana)
Langkah-langkah dari perencanaan keperawatan adalah :
1. Menentukan prioritas masalah
2. Menetapkan tujuan keperawatan
3. Menetapkan kriteria evaluasi
4. Menyusun rencana intervensi keperawatan
5. Memformulasi rencana perawatan (Nursing Care Plans)
Langganan:
Postingan (Atom)